Peringati Harlah ke-60, PMII Guluk-Guluk Bagikan Masker dan Lakukan Penyemprotan Disinfektan

Sumenep – Pengurus Komisariat (PK) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Guluk-Guluk lakukan penyemprotan disinfektan dan bagi masker, Selasa, 21 April 2020

Selain itu juga memperingati hari lahir (harlah) PMII ke 60 Tahun.

Bacaan Lainnya

Kegiatan tersebut dilaksanakan di dua zona, yaitu zona barat dan zona timur dengan beberapa titik yang sudah ditentukan. Zona barat meliputi tiga tempat, Guluk-Guluk, Ganding, dan Prenduan. Sedangkan di Zona Timur terdapat dua tempat pelaksanaan yaitu, Gapura dan Dungkek.

“Selain menyemarakan Harlah PMII ke 60 Th, kami juga berupaya menebar manfaat dan menanamkan rasa kepedulian antar sesama. Di tengah pandemi ini, rasa kemanusiaan sangat diperlukan dan harus dikedepankan,” tegas Ketua Komisariat PMII Guluk-Guluk, Moh Faiq.

Kali ini PMII telah menunjukkan bahwa dengan spirit keislaman dan cita luhur kebangsaanya bisa diterima oleh semua kalangan. Apalagi dari rahim yang mengeluarkan, Nahdlatul Ulama. Sebab pada kegiatan kali ini PMII sangat mendapat dukungan dari Majelis Wakil Nahdlatul Ulama (MWCNU) Guluk-Guluk dan Gapura.

“Kegiatan kami yang bagi-bagi 100 masker dilakukan di lima titik dengan dua zona tersebut, sedangkan penyemprotan disinfektannya hanya mencakup dua kecamatan, yaitu Guluk-Guluk dan Gapura. Selain itu kami mengucapkan terimakasih kepada Satgas Covid-19 MWCNU Guluk-Guluk dan Satgas Bintang Sembilan MWCNU Gapura karena telah membantu kami melakukan dua kegiatan ini”. Lanjut Faiq sapaan akrabnya.

Apabila dilihat dari sistem pelaksanaannya sangatlah berbeda dan tentu unik jika dibandingkan dengan organisasi-organisasi lainnya, sebab pelaksanaannya tidak dicampur antara putra dan putri. Mereka melakukannya dengan cara terpisah.

“Kami (red; PMII Guluk-Guluk) memang sangat menjaga hal itu semua, sebab inilah yang menjadi pembeda antara kami dengan kebanyakan mereka. Bahwa, PMII akan selalu merawat nilai-nilai kepesantrenan dan patuh terhadap segala apa yang didawuhkan oleh pengasuh. Sebab kami dilahirkan dari rahim pondok pesantren dan tentu berbeda dengan mereka.” Tegasnya.(Faiq)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.