Direhabilitasi di Pesantren, Ini Keinginan Pencandu Narkoba

SUMENEP– Pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Ulum Utara Ganding, Sumenep KH Qusyari Zaini menjelaskan bahwa pihaknya sementara ini menangani 4 orang pecandu Narkoba, dimana semuanya masih tergolong sangat muda.

“Saya sangat bersyukur dengan program Kapolres yang seperti ini. Soalnya anak yang seusia sekolah kalau ditangkap dan dimasukkan di penjara itu biasanya keluar dari penjara  malah semakin jadi. Bukan berhenti justru yang awalnya hanya pemakai keluar dari penjara jadi pengedar,” ungkapnya saat ditemui di kediamannya, Kamis 22 Oktober 2020.

Bacaan Lainnya

Kemudian, lanjut Gus Qusyai panggilan Akrabnya, stigma di masyarakat, seorang anak yang masukkan di penjara meskipun berhenti mengkonsumsi narkoba maka akan dikenal sebagai alumni penjara.

“Kalau direhabilitasi di Pesantren, pertama kemungkinan untuk sembuh InsyaAllah 80 hingga 90 persen dan label yang disandang mereka nantinya alumni Pesantren bukan alumni penjara,” jelasnya.

Asalkan, lanjut Kiai muda tersebut segala hubungan atau komunikasinya diputus dengan komunitas mereka, minimal selama 41 hari mereka sudah tidak lagi memakai narkoba.

“InsyaAllah setelah 41 hari itu mereka sudah bisa bebas dari jeratan narkoba,” tambahnya.

Ingin Lanjut Sekolah

Bahkan, pihaknya sangat bahagia ketika salah satu dari empat orang tersebut mengutarakan keinginan mereka untuk melanjutkan sekolah.

“Pak Kiai, seandainya saya sekolah apa saya bisa diterima. Kemudian saya menjawab, InsyaAllah bisa diterima. Jadi saya sangat senang,” imbuhnya.

Lebih lanjut, pihaknya akan sangat selektif jika nantinya ada pihak dari luar untuk menjenguk keempat orang tersebut. “Kalau ada tamu ingin menjenguk mereka, saya sangat selektif. Saya tanyakan dulu siapa, apa keperluannya, famili, teman atau gimana. Jadi kalau tidak jelas saya tidak akan memberikan izin menemui mereka,” tegasnya.

Tidak hanya itu, pihaknya juga membatasi dalam menggunakan Handphone untuk keempat orang tersebut. “Jadi mereka tidak boleh berkomunikasi dengan teman-temannya. Bahkan saya melarang untuk megang HP. Kalau ada keperluan, saya suruh pinjam ke pengurus pondok,” terangnya.

Stigma Masyarakat

Kiai Qusyairi menjelaskan bahwa pihaknya sering mendapatkan stigma yang kurang enak. “Semisal, saya menampung anak-anak nakal, anak-anak peminum. Bahkan kemarin, ketika sudah viral di media, sudah ada pembicaraan itu. Mereka tidak paham, bahwa anak-anak ini masuk di Pesantren untuk disembuhkan,” ungkapnya.

Menurut beliau, Pesantren itu seperti rumah sakit. jadi, lanjut Gus Qusyairi, orang-orag yang sakit, baik sakit mental dan sakit spiritual dan rohani itu dititip di Pesantren adalah untuk di obati. Jadi pesantren itu ya seharusnya seperti rumah sakit,”pungkasnya.(rus)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.