JAKARTA – Komisioner Pelindungan Anak Indonesia (KPAI) Ai Maryati Solihah, mengajak para santri untuk meningkatkan kualitas dalam menghadapi bonus demografi.
“HSN sebagai momentum bersama dalam melindungi anak-anak bangsa dalam hal ini para santri sebagai aset bangsa dan generasi hari esok yang sedang menuntut ilmu di perlbagai lingkup keagamaan islam,” kata Ai Maryati kepada SantriNews.com.
Sebab, kata Ai Maryati Solihah, tantangan menjaga bonus demografi tidaklah mudah, perlu adanya kolaborasi dalam menjaga generasi bangsa ini baik pemenuhan hak-haknya dan berbagai ancaman serta tantangan seperti kekerasan fisik maupun seksual.
“Ini tentu harus mendapat perhatian, anak-anak kita, yakni para santri harus mendapatkan perlindungan yang optimal untuk meningkatkan peran dan meningkatkan pembentukan karakter,” kata dia menerangkan.
Sekretaris LKKNU ini juga memandang persoalan kekerasan seksual, fisik di lingkunagan pesantren yang belakangan marak perlu ada langkah-langkah khusus.
“Nah, tentu hari santri ini kalau kita flasback se tahun lalu ada bayang-bayang situasi pelindungan anak yang penting direspon, harus direfleksikan menjadi sebuah langkah-langkah pencegahan, penanganan dan pembenahan,” ungkapnya.
Namun, perlu dikuatkan dan sinergikan sehingga tetap memberikan dampak dan implementask secara optimal tanpa ada gap antara kebijakan yang sudah ada dengan implementasi yang belum maksimal.
“Dengan beragam peristiwa terjadinya kekerasan di Pesantren dan bahkan lembaga keagamaan lainnya, bukan berarti lembaga keagamaan tanpa ada ancaman dalam lingkup santri dan santri putri , kita semua mengkhawatirkan dengan terjadinya peristiwa tersebut,” ujarnya.
Makanya, Ai Maryati Solihah mendorong bagaimana para santri menjadi kelompok yang tumbuh kembang secara optimal. “Baik mereka sebagai pelajar atau kelompok yang terdidik supaya mereka mengerti hak-haknya dan mampu menemukenali beragam persolan kekerasan serta merta mampu menghadapinya, hingga tidak ada lagi persoalan yang terjadi dilingkup mereka,” tegasnya.
Berdasarkan laporan ke KPAI dan berbagai lembaga, maraknya kekerasan secara fisik, psikis dan seksual bahkan itu dilakukan oleh oknum yang dekat dengan mereka. “Kami melihat ada situasi yang perlu diungkap dan diberikan ruang dan perhatian tentu saja ruang edukasi yang menjadi cikal bakal terkikisnya sehingga bisa dihindari dan mencegah hal tersebut,” pungkansya.