Detik-Detik Nabi Muhammad Saw Wafat di Pangkuan Aisyah RA

Background gambar adalah Masjid Jamik Sumenep yang dibangun oleh Lauw Piango dimulai 1779 M hingga 1787 M (Santrinews.com/bahri)

Oleh: Rais Syuriah PCNU Sumenep KH Taufiqurrahman FM*

Nabi wafat pada waktu Dhuha, hari Senin 12 Rabiul Awwal tahun 11 Hijrah atau 8 Juni 632 Masehi, tepat hari ini 1.386 tahun lalu. Nabi Muhammad wafat pada tahun ke-11 Hijrah, beberapa bulan setelah melaksanakan haji wada’ atau haji perpisahan, tepat Juni 632 di pangkuan Aisyah, Nabi Muhammad Berangkat Menemui Allah, Terpelihara dari segala dosa.

Bacaan Lainnya

Isyarat dekatnya ajal Rasulullah dimulai ketika beliau beri’tikaf selama 20 hari di bulan Ramadhan tahun 10 H. Malaikat Jibril mengulang Alquran hingga dua kali dalam tahun itu bersama Rasulullah. Kemudian di Padang Arafah saat haji Wada’ Rasulullah bersabda: “Aku tidak tahu pasti. Barangkali setelah tahunku ini, aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian di tempat wukuf ini untuk selamanya”.

Sabda beliau di Jamratul ‘Aqabah, “Ambil dariku manasik kalian (cara-cara menunaikan ibadah haji), sepertinya setelah tahunku ini, aku tidak berkesempatan lagi untuk menunaikan haji.” Selain itu pada pertengahan hari-hari tasyrik, turun kepada beliau surah An-Nashr.

Dengan turunnya surah itu, beliau semakin yakin saat perpisahan telah tiba dan pemberitahuan akan datangnya ajal sudah sampai. Pada bulan safar 11 Hijriah Rasulullah pergi ke Gunung Uhud dan mendoakan para syuhada yang dikubur di sana.

Rasulullah kemudian beranjak menuju mimbar seraya bersabda: “Sesungguhnya aku yang mendahului kalian. Dan sesungguhnya aku menjadi saksi terhadap kalian. Demi Allah, sungguh saat ini aku sedang melihat liang (kubur) ku! Kepadaku telah diserahkan kunci-kunci perbendaharaan bumi atau kunci-kunci bumi. Dan demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kalian akan musyrik setelahku. Akan tetapi yang kutakutkan kalian akan berlomba-lomba mendapatkan kunci-kunci itu!” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

“Wahai manusia sekalian, perhatikanlah kata-kataku ini! Aku tidak tahu, kalau-kalau sesudah tahun ini, dalam keadaan seperti ini, aku tidak akan bertemu lagi dengan kamu sekalian.” Kalimat itu disabdakan Nabi Muhammad saat berkhutbah dalam pelaksanaan haji wada’ atau haji perpisahan pada tahun ke-10 Hijriah.

Setelah menyampaikan beberapa hal, di hadapan sekitar 144 ribu manusia—beliau menegaskan, “Wahai manusia, sesungguhnya tidak ada nabi setelahku, dan tidak ada umat setelah kalian.” Tak lama sesudah itu, turunlah firman Allah yang berbunyi:

ٱلۡیَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِینَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَیۡكُمۡ نِعۡمَتِی وَرَضِیتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَـٰمَ دِینࣰاۚ yang artinya; ”Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridai Islam sebagai agama bagimu” (Q.S. al-Maidah ayat 3).

Mendengar Nabi membacakan ayat tersebut, Abu Bakar menangis. Ia merasa bahwa risalah Nabi sudah selesai dan sudah dekat pula Nabi hendak menghadap Allah. Begitu pula dengan Umar bin Khattab, air matanya tak bisa dibendung. Saat seseorang bertanya kepada Umar kenapa ia menangis, Umar menjawab, “Sesungguhnya sesuatu yang telah sempurna, berikutnya akan berkurang.”

Sebelum Nabi wafat pada akhir bulan Shafar tahun ke-11 Hijriah, beliau pergi ziarah kubur ke bukit Uhud dan mendoakan para syuhada yang meninggal pada Perang Uhud. Setelah itu beliau berkata kepada para sahabat,

“Aku akan mendahului kalian, aku akan menjadi saksi bagi kalian, sungguh sekarang aku telah melihat telagaku, dan sungguh aku telah diberikan kunci-kunci bumi dan simpanannya, sungguh aku tidak takut kalian berlaku syirik setelahku, akan tetapi yang aku takutkan adalah kalian saling berlomba-lomba terhadap dunia”.

Waktu menerima Wahyu Pertama Beliau juga sempat pergi ke pekuburan Baqi’, lalu mengucapkan salam kepada penghuni kubur dan memintakan ampunan kepada mereka. Pada malam pertama Nabi merasa sakit, beliau tak dapat tidur. Ditemani oleh pembantunya, Abu Muwayhiba, beliau lalu keluar rumah dan pergi ke Baqi’.

Saat pertama kali sampai di pekuburan Baqi’, Nabi berkata kepada Abu Muwayhiba bahwa dirinya mendapat perintah memintakan ampun untuk penghuni Baqi’. Setelah itu beliau berkata kepada penghuni kubur, “Salam sejahtera bagimu, wahai penghuni kubur. Semoga kamu selamat akan apa yang terjadi atas dirimu”.

Detik-Detik Terakhir di Pangkuan Aisyah Nabi mulai sakit pada 29 Shafar tahun 11 Hijrah. Beliau sakit kepala dan demam, suhu badannya meninggi. Kondisi itu terjadi selama 13 sampai 14 hari. Meski sakit, selama sebelas hari beliau masih sempat mengimami salat berjamaah.

Suatu hari saat beliau tiba di rumah Aisyah, istrinya itu mengeluh sakit kepala. Nabi berkata, “Tetapi akulah, Aisyah, yang merasa sakit kepala.” Beliau lalu berbaring di tempat tidur. Saat rasa sakit mereda, beliau mengunjungi istri-istrinya yang lain seperti biasa.

Di rumah Maimunah, istrinya yang terakhir beliau nikahi, sakitnya kambuh lagi dan terasa lebih keras. Istri-istrinya dipanggil ke rumah Maimunah, Nabi meminta dirawat di rumah Aisyah. Dengan berikat kepala dan ditopang oleh Ali bin Abi Thalin serta Abbas bin Abdul Muthalib, pamannya, beliau meninggalkan rumah Maimunah.

Nabi tiba di rumah Aisyah dengan kondisi yang sudah lemah. Selama tinggal di rumah Aisyah—dan itulah minggu terakhir dalam hidupnya—istrinya itu membacakan surat Al-Mu’awwizzat (surat-surat yang berisi mohon perlindungan; al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Nas) serta doa-doa yang ia dapatkan dari Nabi. Kemudian ia tiup dan diusapkan ke tubuh Nabi dengan tangannya.

Rasulullah SAW, sang penghulu Nabi dan Rasul itu mangkat di pangkuan istrinya, Aisyah RA. Kisah Nabi Muhammad saat wafat menimbulkan kesedihan mendalam bagi Umar bin Khattab, juga Abu Bakar Ash Shidiq.

Umar yang awalnya menentang datangnya Islam tapi kemudian berbalik beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Pertama Umar tak bisa menerima kabar Nabi Muhammad SAW wafat. “Engkau Dusta,” kata Umar kepada orang-orang yang menangis atas wafatnya Rasulullah. Bahkan dia nyaris mengacungkan pedang, mengancam akan membunuh siapa pun yang menyebut Rasulullah telah wafat.

(*Pengasuh Pesantren Mathlabul Ulum Desa Jambu Kecamtan Lenteng Sumenep)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.