Achmad Yunus Ingatkan Santri Tetap Pegang Teguh Kitab Ta’lim Muta’allim

SUMENEP – Direktur Eksekutif Sinergi BUMN Institute Achmad Yunus mengingatkan para santri untuk tetap mempertahankan nilai-nilai moral yang selama ini menjadi ciri khas pesantren.

“Sebagaimana keterangan dalam kitab Ta’lim Muta’allim karangan Iman Zarnuji bahwa paling utamanya ilmu adalah ilmul hal,” kata Yunus saat mengisi dialog kebangsaan di Hotel C1 Sumenep, Ahad, 8 Maret 2020.

Bacaan Lainnya

Menurut Yunus, sekarang banyak orang cerdas banyak tapi kurang memerhatikan akhlak.

Ia mencontohkan banyak politisi yang justru sering terjebak dengan korupsi. Itu dilakukan oleh orang-orang yang pintar.

“Pendidikan Pesantren sangat berbeda dengan pendidikan formal sebab yang pertama kali ditanamkan soal andhap asor (akhlak) seperti ketika ada kiai yang datang santri jongkok, itu bagian dari menghormati guru dalam tanda kutip bukan orangnya melainkan karena keilmuannya,” tuturnya.

Yunus pun membeberkan lembaga-lembag berbasis agama Islam yang hanya mementingkan kecerdasan intelektual dan kurang memperhatikan kecerdasan spiritual.

“Sekarang ada anak SD kelas dua dikejar hafal Quran, tapi tidak diintegrasikan kelakuan adabnya. Itu terjadi di berbagai tempat di Indonesia,” urainya.

Bagi Yunus, lembaga pendidikam yang demikian hanya akan melahirkan anak didik yang sekuler. Memandang segala sesuatu hanya berdasar pola pandangnya sendiri.

Segala permasalahan di atas, sambung Yunus, hanya dapat diselesaikan melalui pendidikan yang diterapkan oleh pesantren.

“Kalau di pesantren kita, tidak hanya kecerdasan intelektual tapi terlebih dulu menekankan pada adab,” jelasnya.

Yunus pun menilai, pola pendidikan pesantren-lah yang berhasil memfilter segala ajaran sekuler yang dibawa oleh penjajah Indonesia.

Dengan tegas Yunus mengatakan, santri merupakan pewaris kiai yang bisa membawa perubahan lebih baik kepada masyarakat, bukan hanya untuk kepentingan semata.

“Dulu Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan NU, Kiai Muhammad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, dan itu yang membuat Indonesia tetap bersatu hingga kini,” tegasnya.

Kendati demikian, Pesantren di jaman Milenial ini, menurut Yunus tidak cukup bila hanya mengandalkan akhlak.

“Pesantren harus mampu membentuk santri interpreneur, birokrat, politisi, ahli IT dan segala profesi lainnya,” pungkasnya. (ari)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.